LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan
dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karenaintensitasnya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.
Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan dan dehidrasi,
hiperemesis gravidarum dapat terjadi di setiap trimester, biasanya diawali pada
trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan
bervariasi.
Kondisi ini perlu dibedakan dari
penyakit lain seperti kolesisitis, pankreaatitis, hepatitis,dan penyakit
gondok. Ptialisme, peningkatan produksi kelenjar ludah yang berlebihan,
dihubungkan dengan mual dan muntah berat selama masa hamil. Pada kondisi ini,
wanita tidak mampu menelan saliva dan selama hamil terus menerus mengeluarkan
satu hingga dua liter ludah per hari.
Berikut adalah efek serta tanda dan
gejala hiperemesis gravidarum:
1. Muntah
hebat
2. Nafsu
makan buruk
3. Asupan
makanan buruk
4. Penurunan
berat badan
5. Dehidrasi
6. Ketidakseimbangan
elektrolit
7. Respons
berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar
8. Muntah
yang tak dapat diatasi dengan tindakan
untuk mengatasi morning sickness
9. Asidosis
yang disebabkan kelaparan
10. Alkalosis
akibat hilangnya asam hidroklorida yang keluar bersama muntahan
11. Hipokalemia
B. PENYEBAB
Penyebab gestosis-hiperemesis gravidarum
tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga terdapat factor berikut ini:
1. Psikologis,
bergantung pada:
a. Apakah
si ibu dapat menerima kehamilannya.
b. Apakah
kehamilannya diinginkan atau tidak.
2. Fisik
a. Terdapat
kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu dan perubahan
metabolicakibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan,
inimerupakan faktor organik.
b. Terjadi
peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human
chorionic gonadothropin.
c. Factor
konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi:
·
Primigravida lebih
sering dari multigravida.
·
Semakin meningkat pada
mola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion.
d. Factor
gizi/anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
3.
Faktor adaptasi dan
hormonal
Pada wanita
hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemisis gravidarum. Faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida dan overdestensi rahim
pada hamil ganda dan mola, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemisis gravidarum.
4.
Faktor alergi
Diduga
terjadi invasi jaringan velli kerialis yang masuk kedalam peredaran darah ibu,
faktor alergi dapat menyebabkan kejadian hyperemisis gravidarum.
C. PATOFISIOLOGI
GESTOSIS
Diawali
dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun dan dieresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke
jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh
karena itu, dapat terjadi perubahan metabolism menuju kea rah anaerobic yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak
dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini:
1. Liver
a. Dehidrasi
yang menimbulkan konsumsi O2 mnurun.
b. Gangguan
fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c. Terjadi
perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum.
2. Ginjal
a. Dehidrasi
penurunan dieresis sehingga sisa metabolism tertimbun, seperti:
·
Asam laktat
·
Benda keton
b. Terjadi
perdarahan dan nekrosis sel ginjal.
·
Dieresis berkurang
bahkan dapat anuria.
·
Mungkin terjadi
albuminuria.
c. System
saraf pusat
·
Terjadi nekrosis dan
perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel.
·
Dehidrasi system
jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang
menimbulkan kelainan enselopati Wernicke dengan gejala:
-
Nistagmus
-
Gangguan kesadaran dan
mental serta diplopia
-
Perdarahan pada retina
dapat mengaburkan penglihatan.
Mual muntah yang berkelanjutan
dapat menimbulkan gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan
kematian.
D. PEMBAGIAN
KLINIS
Hiperemesis
dapat dibagi menjadi tingkatan sebagai berikut:
1. Tingkat
pertama
Gejala klinis:
ü Muntah
terus menerus sehingga menimbulkan dehidrasi: turgor kulit turun, nafsu makan
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
ü Epigastrium
nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus.
ü Nadi
meningkat dan tekanan darah turun.
ü Frekuensi
nadi sekitar100 kali/menit.
ü Tampak
lemah dan lemas.
2. Tingkat
kedua
Gejala klinis:
ü Dehidrasi
makin meningkat akibatnya; turgor kulit makin turun, lidah kring dan kotor,
mata tampak cekung
ü Kardiovaskuler:
-
Frekuensi nadi semakin
cepat di atas 100 kali/menit.
-
Nadi kecil karena
volume darah turun.
-
Panas badan meningkat.
ü Liver,
fungsinya terganggu menimbulkan ikterus yang khususnya tampak pada mata; fungsi
lainnya terganggu
ü Ginjal:
dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan: oliguria, anuria
dan terdapat timbunan benda keton aseton yang dapat diperkirakan dengan baunya
yang khas
ü Berat
badan makin turun
ü Kadang-kadang
muntah bercampur darah akibat rupture esophagus dan pecahnya mukosa lambung
pada sindrom Mallory Weiss.
3.
Tingkat ketiga
ü Muntah
berhenti atau terjadi muntah campur darah karena mukosa lambung dan esophagus
robek dan menimbulkan perdarahan.
ü Sindrom
Mallory Weiss.
ü Keadaan
kesadaran makin menurun hingga mencapai samnollen atau koma
ü Terdapat ensefalopati Wernicke; Nistagmus,
diplopia dan gangguan mental.
ü Kardiovaskuler
; Nadi kecil, tekanan darah menurun dan temperature meningkat.
ü Gastrointestinal
: ikterus semakin berat, terdapat timbunan aseton yang semakin tinggi dengan
bau yang makin tajam
ü Ginjal:
oliguria semakin berat dan menjadi anuria.
E. DIAGNOSIS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Diagnosis
hiperemesis gravidarum tidak terlalu sukar karena penyakit ini berkaitan dengan
gestose (gestasio- hamil) yaitu hanya terdapat pada ibu hamil.
Ibu
hamil dengan emesis gravidarum merupakan gestose yang masih ringan dan
diupayakan agar mendapat pengobatan secara poliklinik tanpa rawat inap.
Bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari
disebut “Hiperemesis Gravidarum”.
Akan
tetapi, ketika wanita hamil datang dengan keluhan mual muntah, riwayat berikut
harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat kehamilan
atau kondisi patologis ini
1.
Riwayat
a.
Frekuensi episode
muntah
b.
Hubungan muntah dengan
asupan makanan (jenis dan jumlah)
c.
Riwayat pola makan
(jenis makanan dan minuman, jumlah, waktu pemberian dan reaksinya)
d.
Riwayat pengobatan
(termasuk reaksi obat)
e.
Eliminasi (frekuensi,
jumlah, diare dan konstipasi)
f.
Darh dalam muntahan
(ulkus lambung atau radang esophagus akibat muntah berulang)
g.
Demam atau menggigil
h.
Pajanan pada infeksi
virus
i.
Pajanan pada makanan
terkontaminasi
j.
Nyeri abdomen
k.
Riwayat gangguan
makanan
l.
Riwayat diabetes
m.
Pembedahan abdomen
sebelumnya
n.
Frekuensi istirahat
o.
Dukungan keluarga
p.
Kecemasan karena
kehamilan
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Berat badan (dan
hubunganya dengan berat badan sebelumnya)
b.
Suhu badan, denyut nadi
dan frekuensi pernapasan
c.
Turgor kulit
d.
Kelembapan membrane
mukosa
e.
Kondisi lidah (bengkak,
kering atau pecah-pecah)
f.
Palpasi abdomen untuk
melihat pembesaran organ, nyeri tekan dan distensi
g.
Bising usus
h.
Bau buah ketika
bernapas
i.
Pengkajian pertumbuhan
janin
3.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan keton di
dalam urine
b.
Urinalisis
c.
BUN dan elektrolit
d.
Tes fungsi ginjal
(singkirkan kemungkinan hepatitis, pancreatitis dan kolestasis)
e.
TSH dan T4 (singkirkan
kemungkinan penyakit gondok)
F. PENGOBATAN
Hiperemesis
gravidarum merupakan penyakit yang sifatnya bertingkat. Penyebabnya adalah
factor psikologis dan fisik sehingga pengobatannya berdasarkan dua factor tersebut.
Konsep pengobatannya yaitu sebagai berikut:
1.
Pengobatan berdasarkan
factor psikologis
Isolasi di kamar khusus di rumah sakit
a.
Dapat memberikan
perhatian secara khusus pada ibu hamil
b.
Kalau perlu perawat
yang sesuai dengan permintaannya
c.
Hanya keluarga yang
boleh mengunjunginya
d.
Memberikan situasi dan
ketenangan yang lebih baik untuk:
ü Meningkatkan
pengertian ibu tentang hamil dan persalinan
ü Tumbuh
kembang janin dalam uterus
ü Pentingnya
peranan ibu hamil, terutama untuk memberikan nutrisi pada janinnya
ü Emesis
atau hiperemesis gravidarum adalah proses alami yang tidak dapat dihilangkan
tetapi dapat dikendalikan melalui pengertian yang baik
e.
Dalam ruangan isolasi
makin banyak yang dapat dilakukan:
ü Mengembalikan
keseimbangan psikologis ibu hamil dengan memberikan KIE (Konseling, Informasi
dan Edukasi) seperti di atas
ü Dapat
ditekankan bahwa hiperemesis gravidarum mempunyai batas waktu tertentu yaitu
sekitar 6-12 minggu
ü Dapat
ditekankan bahwa semakin tua usia kehamilan semakin berkurang kejadian
mual-muntahnya, dan akhirnya menghilang dengan sendirinya
f.
Dalam ruangan isolasi,
terapi intensif dapat dilakukan untuk:
ü Rehidrasi
dan memberikan nutrisi
ü Melakukan
observasi yang lebih tajam sehingga sikap lanjut dapat ditentukan
2.
Pengobatan hiperemesis
gravidarum berdasarkan factor fisik
Terapi konservatif hiperemesis gravidarum
yaitu sebagai berikut:
a.
Rehidrasi. Pemberian
cairan untuk mengimbangi hilangnya cairan dan elektrolit dapat segera dilakukan
saat masuk rumah sakit.
ü Larutan
glukosa-dektrosa 5-10% diberikan sekitar 3000 cc/24 jam untuk keperluan
-
Rehidrasi sehingga
turgor kulit cepat kembali
-
Meningkatkan dieresis
dan membuang benda keton melalui urin
-
Glukosanya sendiri
dibutuhkan untuk metabolisme umum dan menghindari kerusakan liver lebih lanjut
-
Glukosa yang dipecah
menjadi energy diharapkan dapat mengurangi pembentukan badan keton
ü Larutan
Ringer dektrosa atau ringer laktat diperlukan untuk keseimbangan elektrolit.
Hari
pertama untuk mengurangi muntah dapat dilakukan dengan puasa dan diikuti dengan
pembasahan mulut dan tenggorokan. Jika muntah berkurang, ibu hamil dapat mulai
dengan cairan atau makanan sebagai berikut:
-
Larutan isotonis yang
mengandung elektrolit dengan berbagai rasa dapat diberikan untuk keseimbangan
elektrolit
-
Diet ringan dan netral:
biscuit atau roti tawar artinya makanan yang tidak mengandung bumbu sehingga
tidak merangsang muntah. Selanjutnya diikuti dengan “bubur telur” dan bila
memungkinkan makanan padat lainnya.
ü Mobilisasi.
Pada hari kedua dapat dilakukan mobilisasi ringan setempat dan dilanjutkan
mobilisasi yang sesuai dengan kemampuannya.
ü Terapi
Medikamentosa
a.
Obat antimuntah yang
sering digunakan adalah sebagai berikut:
-
Prometazin (Phenergen)
25 mg melalui intravena atau supositoria
-
Klorpromazin
(Thorazine) melalui supositoria 25-50 mg setiap 6-8 jam atau melalui IM 25-50
mg setiap 3-4 jam
-
Proklorperazin
(Compazine) 10 mg IM atau 2,5-10 mg IV setiap 3-4 jam atau 25 mg supositoria
dua kali sehari
-
Metoklopramid (Reglan)
10 mg PO 4 kali sehari ( jangan dikombinasi dengan fenotiazin di atas
sehubungan dengan efek ekstra pyramidal yang mungkin timbul)
-
Metilprednisolon 16 mg
tiga kali sehari selama tiga hari, kemudian dikurangi bertahap selama dua
minggu (untuk hiperemesis yang membandel)
b.
Pemberian vitamin per
infuse
-
B Kompleks
-
Vitamin C
-
Dan lainnya
c.
Obat lainnya
-
Antihistamin IV
-
Kalau perlu
kortikosteroid/ACTH
d.
Dapat diberikan obat
penenang tetapi harus diperhatikan tentang:
-
Jenisnya, dipilih yang
tidak memengaruhi janin yang sedang dalam pembentukan organogenesis.
-
Dosis disesuaikan
dengan keadaan dehidrasinya.
-
Diperhatikan efek
samping obat karena sudah mulai terdapat kerusakan organ vital seperti liver,
system saraf dan ginjal.
3.
Terapi radikal
terminasi kehamilan. Dalam keadaan tertentu, terminasi kehamilan terpaksa
dilakukan. Hal ini disebabkan oleh terapi yang telah diberikan tidak berhasil
bahkan keadaan umumnya semakin memburuk. Indikasi terminasi kehamilan adalah :
a.
Ensefalopati Wernicke
b.
Perdarahan retina
c.
Gangguan
kardiovaskuler:
ü Nadi
diatas 120x/menit
ü Tensi
turun
ü Temperature
diatas 38⁰C
d.
Gangguan liver
ü Terdapat
ikterus
e.
Gangguan ginjal
ü Oliguria
ü Uremia
ü Proteinuria
Pada
indikasi terminasi kehamilan karena gangguan fungsi liver, perdarahan dapat
dihindari karena adanya gangguan pembekuan darah yang sebagian besar
mencerminkan fungsi liver.
Dalam
situasi sekarang ini, kejadian hiperemesis gravidarum yang berat tidak banyak
dijumpai lagi. Paling berat sampai tingkat dehidrasi sehingga dengan rehidrasi
selama 24-48 jam sudah dapat diatasi dengan baik.
Perawatan
Hiperemisis Gravidarum:
1.
Menganjurkan
mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
2.
Waktu bangun dari
tempat tidur pagi jangan segera turun dari tempat tidur tapi sebaiknya makan
roti atau biskuit dengan teh hangat manis.
3.
Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
4.
Makanan dan minuman
sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas atau dingin sekali.
5.
Usahakan agar dapat
BAB setiap hari karena dapat menjamin menghindarkan kekurangan karbohidrat.
6.
Menganjurkan banyak
makan makanan yang mengandung gula.
7.
Menganjurkan kepada
ibu untuk dapat menerima kehamilannya dengan baik, menghilangkan perasaan
kuatir / takut terhadap kehamilan.
8.
Kurangi pekerjaan
yang dapat menggangu kehamilan.
9.
Hilangakan /
hindari masalah dan konfilik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit
ini.
10. Menganjurkan kepada ibu agar istirahat yang cukup.
11. Hubungan seksual boleh dilakukan asal tidak menggangu
kehamilan dan ibu merasa nyaman melakukannya.
12. Berikan dukungan /
support dari orang sekitarnya.
13. Pencegahan terhadap hypremisis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
umur kehamilan 4 bulan.
G. PROGNOSIS
Pengobatan konservatif melalui rehidrasi
dan pemberian glukosa. Criteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan
sebagai berikut:
1.
Rehidrasi berhasil
2.
Dieresis bertambah
banyak sehingga benda keton semakin berkurang
3.
Kesadran penderita
semakin baik yang ditandai dengan kontak bertambah meyakinkan
4.
Keadaan ikterus semakin
berkurang
5.
Hasil pemeriksaan
laboratorium membaik, artinya benda keton makin berkurang.
Keberhasilan pengobatan berarti pasien
sudah mulai bebas dari isolasi dan kembali ke ruangan umum sehingga kontak
dengan masyarakat semakin terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar