Get Gifs at CodemySpace.com

Senin, 28 Mei 2012

LANDASAN TEORI HEPATITIS PADA MASA NIFAS


2.1.DEFINISI HEPATITIS.
  • Hepatitis adalah penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh virus yang menimbulkan nekrosis dari sel-sel hati yang secara klinis maupun patologis tidak dapat di bedakan satu dengan yang lain.(Soedarto.1990 : 78).
  • Hepatitis adalah suatu penyakit infeksi yang serius dalam kehamilan.(William f. Rayburn. 2001 : 1003).
  • Hepatitis B adalah peradangan hati yang dapat di sebabkan oleh virus hepatitis B ( patologi edisi 4 : 573 ).
  • Hepatitis B adalah salah satu tipe inflamasi pada hati yang di sebabkan oleh virus hepatitis B.( Adela pillitteri,2002 : 401 ).

2.2 ETIOLOGI
Terdapat tiga antigen dalam virus hepatitis B yaitu :
  1. Antigen permukaan atau antigen kulit ( HBs Ag ), virus ini tidak berbahaya justru dapat di pakai untuk menbuat vaksin agar tubuh membuatantigennya ( anti HBS ) yang dapat menahan infeksi virus hepatitis.
  2. Antigen berbentuk dane yang merupakan europlasmid virus hepatitis B.partikel ini mengandung  kulit dan isi.isi virus terdidri dari antigen HBc dan HBe,HBc Ag tidak pernah di temukan dalam darah karena HBc Ag langsung masuk kedalam sel hati. Oleh karena HBc Ag sebenarnya yang menyebabkan penderita menjadi sakit bahkan yang memungkinkan terjadinya kangker hati.
  3. Antigen e ( Hbe Ag ) yang berhubungan erat dengan jumlah partikel virus.Hbe Ag timbul poada sel membelah atau memperbanyak diri. Semakin pesat pembelahan virus hepatitis B makin tinggi kadar HBe Ag. oleh karena itu adanya HBe Ag identik dengan tingginya daya tular penyakit tersebut. Di dalam inti virus ada zat lain yaitu enzim yang berguna agar inti tetap baik ialah DNA polimerase.

2.3 PATOFISIOLOGI

                                    Virus hepatitis
                                         

                        Masuk ke dalam tubuh
                                                           
                                               
Vertikal :                                                         horisontal :
  • Intra uteri                                1.kontak antar individu
  • Intrapartum                                yang erat dan lama
  • pospartum                               2. Aexud,transfusi darah
3. penggunaan jarum
    suntik bersama
                                               

                                                Hepatitis B
                                               
           
                                                Gejala :
  • Kulit, mata dan air kemih berwarna kuning.
  • nafsu makan menurun.
  • badan teras lemas.
  • mual kadang sampai muntah.
  • hati teraba membesar atau nyeri bila di tekan.
  • panas badan tinggibatau meninggkat .

2.4 GAMBARAN KLINIK
Ø  anoreksi.
Ø  lemah.
Ø  demam 38 – 39ocal .
Ø  mual sampai muntah.
Ø  nyeri ulu hati, ikterus pada sklera dan kulit.
Ø  pembesaran hati.
Ø  pembesaran limfa.
Ø  sakit kepala.
Ø  sakit tenggorokan.
( Rustam Mochtar, 1998 : 161)
                                                                                     
2.5 PENGARUH PADA KEHAMILAN
v  Terjadi abortus, partus presmatur dan kematian janin dalam kandungan.
v  Apakah virus ibu masuk ke dalam tubuh janin belum dapat di pastikan.

Ø  Pengaruh dalam persalinan dan nifas
·         Penghentian kehamilan tidak mengubah jalannya penyakit baik dalam dengan jalan abortus buatan, maupun dengan induksi persalinan.
·         Bila tidak ada indikasi persalinan persalinan, kelahiran pervaginam di awasi dengan baik.
·         Kala II boleh di perpendek dengan ekstrasi vakum atau forseps bila janin hidup dan embriotomi bila mati.
·         Bahaya yang paling mengancam ibu adalah pada saat persalinan, karena sering terjadi perdarahan yang hebat dan sulit di kontrol dan hipofibrinogenemia
( Rustam Mochtar, 1998 : 161)




2.6 Pengaruh  Hepatitis  Terhadap Janin/Neonatus

            3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.
Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%. Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.

2.7 Persalinan 
        
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).

2.8 PENGARUH TERHADAP POST PARTUM
Bentuk fulamin, kemungkinan terjadi HPP karena gangguan pembekuan darah atau atonia uteri

2.9 Bayi baru lahir 
              Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis.
2.10 Apakah boleh menyusui 
           Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan risiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis Asalkan bayi sudah mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis selama 12 jam pertama kelahiran, maka ibu dapat menyusui tanpa khawatir si kecil tertular. Awasi juga keadaan puting ibu, agar tidak terluka atau lecet. Setiap ibu selesai menyusui, puting susu dibersihkan dengan air hangat tanpa sabun. Sabun dapat membuat kulit kering dan mudah luka.

2.11 PENCEGAHAN
  1. Mencegah masuknya kuman hepatitis B  ke dalam tubuh dengan cara
a.       Mempergunakan alat yang biasa di gunakan dalam tindakan medik. Misal menyuntik, menindik, mengambil darah, dsb. Agara mengunakan alat yang sekali pakai.
b.      Mengobati penyakit yang merusak kulit atau selaput lendir, seperti sariawan, luka di puting susu, dan luka pada kulit lainya.
c.       Menjaga kesehatan anak dengan gizi yang baik.
  1. Pemeriksaan vaksin
Semua BBL tanpa melihat apakah ibunya mengidap HBs Ag atau tidak sebaiknya tidak di berikan vaksin secepatnya. Keuntungan perberia vaksin ini untuk menghindari infeksi horizontal yang terjadi akibat penularan di anak ke orang lain.
  1. Pasien perlu di rawat di kamara sendiri.
  2. Yang menolong pasien misalnya memandikan, membuang feses, urine, sesudahnya harus mencuci tangan bersih dengan densinfektan.
  3. Fesses dan urine harus di buang di dalam lubang wc dan di siram air sebanyak – banyaknya.
  4. Pada waktu kelahiran upayakan mencegah aspirasi sesuatu yang mengandung darah ibu dan bayi. Observasi dengan hati – hati bahan yang mengandung darah ibu dalam masa perawatan pra persalinan dan paska persalinan bila mana HBs Ag +.
  5. Bila mana ibu tetap masih terinfeksi pada melahirkan, menyususi bayi Tangani pakaian yang terendam atau terbasahi oleh darah atau lochea dengan tangan yang bersarung tangan dan lakukan desinfeksi pembasuhan pinggul ( sita taths ).

2.12 PENATALAKSANAAN
Ø  Penderita harus di rawat, atau istirahat.
Ø  Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein.
Ø  Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang berlebihan dan demam.
Ø  Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma.
Ø  Lakukan pemeriksaan seroloogik.
Ø  Penatalaksanaan neonatal dengan imunisasi hepatitis B.

( Maternal dan Neonatal, 2002 : 161)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar