2.1.DEFINISI HEPATITIS.
- Hepatitis adalah penyakit
sistemik akut yang di sebabkan oleh virus yang menimbulkan nekrosis dari
sel-sel hati yang secara klinis maupun patologis tidak dapat di bedakan
satu dengan yang lain.(Soedarto.1990 : 78).
- Hepatitis adalah suatu
penyakit infeksi yang serius dalam kehamilan.(William f. Rayburn. 2001 :
1003).
- Hepatitis B adalah
peradangan hati yang dapat di sebabkan oleh virus hepatitis B ( patologi
edisi 4 : 573 ).
- Hepatitis B adalah salah
satu tipe inflamasi pada hati yang di sebabkan oleh virus hepatitis B.(
Adela pillitteri,2002 : 401 ).
2.2 ETIOLOGI
Terdapat tiga antigen dalam
virus hepatitis B yaitu :
- Antigen permukaan atau
antigen kulit ( HBs Ag ), virus ini tidak berbahaya justru dapat di pakai
untuk menbuat vaksin agar tubuh membuatantigennya ( anti HBS ) yang dapat
menahan infeksi virus hepatitis.
- Antigen berbentuk dane
yang merupakan europlasmid virus hepatitis B.partikel ini mengandung kulit dan isi.isi virus terdidri dari
antigen HBc dan HBe,HBc Ag tidak pernah di temukan dalam darah karena HBc
Ag langsung masuk kedalam sel hati. Oleh karena HBc Ag sebenarnya yang
menyebabkan penderita menjadi sakit bahkan yang memungkinkan terjadinya
kangker hati.
- Antigen e ( Hbe Ag ) yang
berhubungan erat dengan jumlah partikel virus.Hbe Ag timbul poada sel
membelah atau memperbanyak diri. Semakin pesat pembelahan virus hepatitis
B makin tinggi kadar HBe Ag. oleh karena itu adanya HBe Ag identik dengan
tingginya daya tular penyakit tersebut. Di dalam inti virus ada zat lain
yaitu enzim yang berguna agar inti tetap baik ialah DNA polimerase.
2.3 PATOFISIOLOGI
Virus
hepatitis
Masuk
ke dalam tubuh
Vertikal : horisontal
:
- Intra uteri 1.kontak
antar individu
- Intrapartum yang erat dan lama
- pospartum 2.
Aexud,transfusi darah
3. penggunaan jarum
suntik
bersama
Hepatitis B
Gejala :
- Kulit, mata dan air kemih
berwarna kuning.
- nafsu makan menurun.
- badan teras lemas.
- mual kadang sampai
muntah.
- hati teraba membesar atau
nyeri bila di tekan.
- panas badan tinggibatau
meninggkat .
2.4 GAMBARAN KLINIK
Ø anoreksi.
Ø
lemah.
Ø
demam 38 – 39ocal .
Ø
mual sampai muntah.
Ø
nyeri ulu hati, ikterus pada sklera dan kulit.
Ø
pembesaran hati.
Ø
pembesaran limfa.
Ø
sakit kepala.
Ø
sakit tenggorokan.
( Rustam Mochtar, 1998 : 161)
2.5 PENGARUH PADA KEHAMILAN
v
Terjadi abortus, partus presmatur dan kematian janin dalam kandungan.
v
Apakah virus ibu masuk ke dalam tubuh janin belum dapat di pastikan.
Ø
Pengaruh dalam persalinan dan nifas
·
Penghentian kehamilan tidak mengubah jalannya penyakit baik dalam dengan
jalan abortus buatan, maupun dengan induksi persalinan.
·
Bila tidak ada indikasi persalinan persalinan, kelahiran pervaginam di
awasi dengan baik.
·
Kala II boleh di perpendek dengan ekstrasi vakum atau forseps bila janin
hidup dan embriotomi bila mati.
·
Bahaya yang paling mengancam ibu adalah pada saat persalinan, karena
sering terjadi perdarahan yang hebat dan sulit di kontrol dan
hipofibrinogenemia
( Rustam Mochtar, 1998 : 161)
2.6 Pengaruh
Hepatitis Terhadap Janin/Neonatus
3,5
% Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi
pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah
(5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada
bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui
kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.
Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda
infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini
dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler.
Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak
< 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi
kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15%
- 25%. Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat
insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu
yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut
maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi
kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis
akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.
2.7 Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah
dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis
persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV.
Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC)
dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).
2.8 PENGARUH
TERHADAP POST PARTUM
Bentuk fulamin,
kemungkinan terjadi HPP karena
gangguan pembekuan darah atau atonia uteri
2.9 Bayi
baru lahir
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
(termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi
pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis.
2.10 Apakah
boleh menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak
memperlihatkan risiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis
Asalkan bayi sudah mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis selama 12 jam pertama
kelahiran, maka ibu dapat menyusui tanpa khawatir si kecil tertular. Awasi juga
keadaan puting ibu, agar tidak terluka atau lecet. Setiap ibu selesai menyusui,
puting susu dibersihkan dengan air hangat tanpa sabun. Sabun
dapat membuat kulit kering dan mudah luka.
2.11 PENCEGAHAN
- Mencegah masuknya kuman
hepatitis B ke dalam tubuh dengan
cara
a. Mempergunakan alat yang biasa
di gunakan dalam tindakan medik. Misal menyuntik, menindik, mengambil darah,
dsb. Agara mengunakan alat yang sekali pakai.
b. Mengobati penyakit yang
merusak kulit atau selaput lendir, seperti sariawan, luka di puting susu, dan
luka pada kulit lainya.
c. Menjaga kesehatan anak dengan
gizi yang baik.
- Pemeriksaan vaksin
Semua BBL tanpa melihat apakah
ibunya mengidap HBs Ag atau tidak sebaiknya tidak di berikan vaksin secepatnya.
Keuntungan perberia vaksin ini untuk menghindari infeksi horizontal yang
terjadi akibat penularan di anak ke orang lain.
- Pasien perlu di rawat di
kamara sendiri.
- Yang menolong pasien
misalnya memandikan, membuang feses, urine, sesudahnya harus mencuci
tangan bersih dengan densinfektan.
- Fesses dan urine harus di
buang di dalam lubang wc dan di siram air sebanyak – banyaknya.
- Pada waktu kelahiran
upayakan mencegah aspirasi sesuatu yang mengandung darah ibu dan bayi.
Observasi dengan hati – hati bahan yang mengandung darah ibu dalam masa
perawatan pra persalinan dan paska persalinan bila mana HBs Ag +.
- Bila mana ibu tetap masih
terinfeksi pada melahirkan, menyususi bayi Tangani pakaian yang terendam
atau terbasahi oleh darah atau lochea dengan tangan yang bersarung tangan
dan lakukan desinfeksi pembasuhan pinggul ( sita taths ).
2.12 PENATALAKSANAAN
Ø
Penderita harus di rawat, atau istirahat.
Ø
Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein.
Ø
Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang berlebihan
dan demam.
Ø
Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma.
Ø
Lakukan pemeriksaan seroloogik.
Ø
Penatalaksanaan neonatal dengan imunisasi hepatitis B.
( Maternal dan Neonatal, 2002
: 161)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar